Macam-macam Sholat Sunat
Tata cara sholat tahajjud
SHOLAT TAHAJJUD
Shalat Tahajud adalah shalat sunat yang
dikerjakan pada waktu malam, dimulai selepas isya sampai menjelang subuh.
Jumlah rakaat pada shalat ini tidak terbatas,
mulai dari 2 rakaat, 4, dan seterusnya.
A. Pembagian Keutamaan Waktu Shalat
Tahajud
Sepertiga malam, kira-kira mulai dari jam 19.00
samapai jam 22.00
Sepertiga kedua, kira-kira mulai dari jam 22.00
sampai dengan jam 01.00
Sepertiga ketiga, kira-kira dari jam 01.00 sampai
dengan masuknya waktu subuh.
B. Niat shalat tahajud:
Ushallii sunnatat-tahajjudi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunat tahajud dua
rakaat karena Allah”
C. Doa yang dibaca setelah shalat
tahajud:
Rabbanaa aatina fid-dun-yaa hasanataw wa fil
aakhirati hasanataw wa qinaa adzaaban-naar.
Artinya: “Ya Allah Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan hindarkanlah kami dari siksa api
neraka.”
Dalam hadits Bukhari dinyatakan, bahwa rasulullah
jika bangun dari tidurnya di tengah malam lalu bertahajud membaca doa:
Allahumma lakal hamdu anta qayyimus samaawaati walardhi wa man fiihin, wa lakal hamdu laka mulkus samaawaati wal ardhi wa man fiihin, wa lakal hamdu nuurus samaawaati wal ardhi, wa lakal hamdu antal haqqu wa wa’dukal-haqqu wa liqaa’uka haqqun wa qauluka haqqun wal-jannatu haqqun, wan naaru haqqun, wan-nabiyyuuna haqqun, wa Muhammadun shallallaahu ‘alaihi wa sallama haqqun, waass’atu haqqun. Allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa ‘alaika tawakaltu wa ilaika anabtu wa bika khaashamtu, wa ilaika haakamtu, faghfir lii maa qaddamtu, wa maa akhkhartu wa maa asrartu, wa maa a’lantu antal muqaddimu wa antal mu’akhiru la ilaaha illa anta aula ilaaha gairuka wa laa haula quwwata illa billah.
Artinya: “Ya Allah, bagi-Mu segala puji.
Engkaulah penegak langit dan bumi dan alam semesta beserta segala isinya.
Bagi-Mulah segala puji, pemancar cahay langit dan bumi. Bagi-Mulah segala puji,
Engakaulah yang haq, dan janji-Mu adalah benar, dan surge adalah haq, dan
neraka adalah haq, dan nabi-nabi itu adalah haq, dan Nabi Muhammad adalah
benar, dan hari kiamat adalah benar. Ya Allah, kepada-Mulah kami berserah diri
(bertawakal) kepada Engkau jualah kami kembali, dan kepada-Mulah kami rindu,
dan kepada engkaulah kami berhukum. Ampunilah kami atas kesalahan yang sudah
kami lakukan dan sebelumnya, baik yang kami sembunyikan maupun yang kami
nyatakan. Engkaulah Tuhan yang terdahulu dan Tuhan ynag terakhir. Tidak ada
Tuhan melainkan Engkau Allah Rabbul alamin. Tiada daya upaya melainkan dengan
pertolongan Allah.”
Baca Juga : Oracle
Baca Juga : Oracle
D. Setelah itu, perbanyaklah membaca
istigfar sebagai berikut:
Astagfirullah Hal Azhim wa atuubu ilaihi
Artinya: “Kami memohon ampunan kepada Allah Yang
Maha Agung dan kami pun bertaubat kepada-Nya”
E. Keutamaan Shalat Tahajud
Sahabat Abdullah bin Salam mengatakan, bahwa Nabi
Muhammad saw bersabda:
“Hai sekalian manusia, sebarluaskanlah salam dan
berikanlah makanan serta sholat malamlah diwaktu manusia sedang tidur, supaya
kamu masuk Surga dengan selamat.” (HR Tirmidzi)
Bersabda Nabi Muhammad saw:
“Seutama-utama shalat sesudah shalat fardhu ialah
shalat sunnat di waktu malam.” (HR Muslim)
Selain itu, Allah sendiri juga berfirman:
Pada malam hari, hendaklah engkau shalat Tahajud
sebagai tambahan bagi engkau. Mudah-mudahan Tuhan mengangkat engkau ketempat
yang terpuji. (QS Al-Isra’: 79)
Dari Jabir r.a., ia barkata, “Aku mendengar
Rasulullah saw. Bersabda: Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat
yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan
dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya); dan itu
setiap malam.” (HR Muslim dan Ahmad)
“Lazimkan dirimu untuk shalat malam karena hal
itu tradisi orang-orang saleh sebelummu, mendekatkan diri kepada Allah,
menghapus dosa, menolak penyakit, dan pencegah dari dosa.” (HR Ahmad)
F. Kiat Mudah Shalat Malam/Qiyamullail
Agar kita diberi kemudahan bangun malam untuk
melakukan shalat malam, cobalah tips-tips berikut ini:
Aturlah aktivitas di siang hari agar malamnya
Anda tidak kelelahan. Sehingga tidak membuat Anda tidur terlalu lelap.
Makan malam jangan kekenyangan, berdoa untuk bisa
bangun malam, dan jangan lupa pasang alarm sebelum tidur.
Hindari maksiat, sebab menurut pengalaman Sufyan
Ats-Tsauri, “Aku sulit sekali melakukan qiyamullail selama 5 bulan disebabkan
satu dosa yang aku lakukan.”
Ketahuilah fadhilah (keutamaan) dan keistimewaan
qiyamulail. Dengan begitu kita termotivasi untuk melaksanakannya.
Tumbuhkan perasaan sangat ingin bermunajat dengan
Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Baik juga jika janjian dengan beberapa teman untuk saling membangunkan dengan miscall melalui telepon atau handphone.
Buat kesepakatan dengan istri dan anak-anak bahwa
keluarga punya program tahajud bersama sekali atau dua malam dalam sepekan.
Berdoalah kepada Allah swt. untuk dipermudah
dalam beribadah kepadaNya.
NB : sebagai tambahan pamahaman tentang sholat
tahajjud, dhuha saya link kan video tentang keutamaan tahajjud oleh ustadz
arifin ilham agar suara tida bercampur “Pause” live musik di sebelah kanan
anda…..
mudah mudahan bermanfaat
Baca Juga : MYSQL
SHALAT TAHIYATUL MASJID
Shalat Tahiyatul Masjid adalah shalat untuk menghormati masjid. Sebagi tempat suci, masjid patut dihormati oleh Muslim yang akan melakuakn aktivitas ibadah di tempat itu, hal itu sebagaimana yang dikatakan oleh rasulullah:
Dari Abu Qatadah Al-Harits bin Rab’y Al-Anshary Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua rakaat.”
A. Apakah Boleh Shalat Sunat Ketika Khutbah Berlangsung?
Ada dua pendapat menanggapi masalah ini:
Ada seseorang masuk masjid pada hari Jum’at, dan Rasulullah saw. sedang khutbah di atas mimbar. Lantas Rasul memerintahkannya untuk melakukan salat dua rekaat.”
Niatnya:
Ushallii sunnata tahiyyatal masjidi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunah tahiyatal masjid dua rakaat karena Allah.
Baca Juga : Cara Cepat Hitung Subnet
Sholat Witir
Tata cara sholat witir
Shalat Witir adalah shalat sunnat dengan rakaat ganjil yang dilakukan setelah melakukan shalat lainnya di waktu malam. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad saw:
“Sesungguhnya Allah adalah witir (ganjil) dan mencintai witir.” (HR Abu Daud)
“Jadikanlah witir akhir shalat kalian di waktu malam.” (HR Bukhari)
“Barang siapa takut tidak bangun di akhir malam, maka witirlah pada awal malam, dan barang siapa berkeinginan untuk bangun di akhir malam, maka witirlah di akhir malam, karena sesungguhnya shalat pada akhir malam masyhudah (disaksikan.)” (HR Muslim)
Waktu shalat witir adalah setelah shalat isya sampai terbit fajar, dan biasanya shalat witir itu dirangkaikan dengan shalat tarawih. Bilangan rakaatnya adalah 1 rakaat, atau 3, 5, 7, 9, dan 11. Kalau melaksanakan shalat witirnya banyak, boleh dikerjakan dua rakaat satu salam, kemudian yang terakhir satu rakaat dengan satu salam. Jumlah sebelas rakaat sudah cukup, dan inilah yang dukerjakan oleh Rasulullah saw, sebagaimana dinyatakan oleh Aisyah ra, yang artinya:
“Tidaklah Rasulullah saw melebihi shalat malam (witir) melebihi dari sebelas rakaat.”
Pada bulan Ramadhan setelah 15 Ramadhan, disunahkan pada rakaat yang terakhir witir, yakni sesudah I’tidal pada rakaa terakhir, disunahkan membaca qunut, dan sesudahnya lalu selesaikanlah sampai salam.
Niat shalat witir 1 rakaat:
Ushallii sunnatal-witri rak’atan lillaahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat shalat sunah witir satu rakaat karena Allah Ta’ala.”
Baca Juga : Basis Data Non Relasional
Doa sesudah shalat witir
Allahumma innaa nas’aluka iimaanan daa’iman. Wa nas’aluka qalban khaasyi’an wa nas’aluka ‘ilman naafi’an. Wa nas’aluka yaqiinan shaadiqan. Wa nas’aluka ‘amalan shaalihan. Wa nas’aluka dinan qayyiman. Wa nas’aluka khairan katsiiran. Wa nas’alukal-‘afwa wal-‘aafiyah. Wa nas’aluka tamaamal-‘aafiyah. Wa nas’alukasy-syukra ‘alal-‘aafiyati wa nas’alukal-ghinaa’a ‘anin-naas. Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu’anaa wa tadharru’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa Allaah ya Allaah ya Allaah ya arhamar-raahimiin. Wa shallallahu ‘alaa khairi khalqihi Muhammadin wa a’alaa aalihi wa shahbihii ajma’iina walhamdulillahi rabbil-‘aalamiin.
Artinya: “Ya Allah ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon diberi) iman yang langgeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang khusyuk, dan kami mohon kepada-Mu diberi-Nya ilmu yang bermanfaat, dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan kami mohon (dapat melaksanakan) amal yang shaleh, dan kami mohon tetap dalam dalam agama Islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-limpah, dan kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami mohon kesehatan yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah, Ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyuk kami dan pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat ya Allah, ya Allah, ya Allah Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang.”
Baca Juga : Menentukan Jumlah Host dan Subnet
Baca Juga : MYSQL
SHALAT TAHIYATUL MASJID
Shalat Tahiyatul Masjid adalah shalat untuk menghormati masjid. Sebagi tempat suci, masjid patut dihormati oleh Muslim yang akan melakuakn aktivitas ibadah di tempat itu, hal itu sebagaimana yang dikatakan oleh rasulullah:
Dari Abu Qatadah Al-Harits bin Rab’y Al-Anshary Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sebelum shalat dua rakaat.”
A. Apakah Boleh Shalat Sunat Ketika Khutbah Berlangsung?
Ada dua pendapat menanggapi masalah ini:
- Tetap mendirikan salat Tahiyyatul Masjid, namun hendaknya dilakukan secara ringkas saja. cukup 2 rakaat saja, jangan diperpanjang. Pendapat ini diikuti oleh penganut madzhab Syafi’iyah dan Hanbaliyah,
Ada seseorang masuk masjid pada hari Jum’at, dan Rasulullah saw. sedang khutbah di atas mimbar. Lantas Rasul memerintahkannya untuk melakukan salat dua rekaat.”
- Tahiyyatul Masjid dianggap sudah gugur begitu khutbah dimulai. Pendapat ini diikuti oleh penganut madzhab Hanafiyah dan Malikiyah. Diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar: Jika salah satu di antara kalian masuk masjid, sementara imam telah di atas minbar (khutbah) maka jangan lagi shalat dan bercakap-cakap”.
Niatnya:
Ushallii sunnata tahiyyatal masjidi rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunah tahiyatal masjid dua rakaat karena Allah.
Baca Juga : Cara Cepat Hitung Subnet
Sholat Witir
Tata cara sholat witir
Shalat Witir adalah shalat sunnat dengan rakaat ganjil yang dilakukan setelah melakukan shalat lainnya di waktu malam. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad saw:
“Sesungguhnya Allah adalah witir (ganjil) dan mencintai witir.” (HR Abu Daud)
“Jadikanlah witir akhir shalat kalian di waktu malam.” (HR Bukhari)
“Barang siapa takut tidak bangun di akhir malam, maka witirlah pada awal malam, dan barang siapa berkeinginan untuk bangun di akhir malam, maka witirlah di akhir malam, karena sesungguhnya shalat pada akhir malam masyhudah (disaksikan.)” (HR Muslim)
Waktu shalat witir adalah setelah shalat isya sampai terbit fajar, dan biasanya shalat witir itu dirangkaikan dengan shalat tarawih. Bilangan rakaatnya adalah 1 rakaat, atau 3, 5, 7, 9, dan 11. Kalau melaksanakan shalat witirnya banyak, boleh dikerjakan dua rakaat satu salam, kemudian yang terakhir satu rakaat dengan satu salam. Jumlah sebelas rakaat sudah cukup, dan inilah yang dukerjakan oleh Rasulullah saw, sebagaimana dinyatakan oleh Aisyah ra, yang artinya:
“Tidaklah Rasulullah saw melebihi shalat malam (witir) melebihi dari sebelas rakaat.”
Pada bulan Ramadhan setelah 15 Ramadhan, disunahkan pada rakaat yang terakhir witir, yakni sesudah I’tidal pada rakaa terakhir, disunahkan membaca qunut, dan sesudahnya lalu selesaikanlah sampai salam.
Niat shalat witir 1 rakaat:
Ushallii sunnatal-witri rak’atan lillaahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat shalat sunah witir satu rakaat karena Allah Ta’ala.”
Baca Juga : Basis Data Non Relasional
Doa sesudah shalat witir
Allahumma innaa nas’aluka iimaanan daa’iman. Wa nas’aluka qalban khaasyi’an wa nas’aluka ‘ilman naafi’an. Wa nas’aluka yaqiinan shaadiqan. Wa nas’aluka ‘amalan shaalihan. Wa nas’aluka dinan qayyiman. Wa nas’aluka khairan katsiiran. Wa nas’alukal-‘afwa wal-‘aafiyah. Wa nas’aluka tamaamal-‘aafiyah. Wa nas’alukasy-syukra ‘alal-‘aafiyati wa nas’alukal-ghinaa’a ‘anin-naas. Allahumma rabbanaa taqabbal minnaa shalaatanaa wa shiyaamanaa wa qiyaamanaa wa takhasysyu’anaa wa tadharru’anaa wa ta’abbudanaa wa tammim taqshiiranaa yaa Allaah ya Allaah ya Allaah ya arhamar-raahimiin. Wa shallallahu ‘alaa khairi khalqihi Muhammadin wa a’alaa aalihi wa shahbihii ajma’iina walhamdulillahi rabbil-‘aalamiin.
Artinya: “Ya Allah ya Tuhan kami, kami memohon kepada-Mu (mohon diberi) iman yang langgeng, dan kami mohon kepada-Mu hati kami yang khusyuk, dan kami mohon kepada-Mu diberi-Nya ilmu yang bermanfaat, dan kami mohon ditetapkannya keyakinan yang benar, dan kami mohon (dapat melaksanakan) amal yang shaleh, dan kami mohon tetap dalam dalam agama Islam, dan kami mohon diberinya kebaikan yang melimpah-limpah, dan kami mohon memperoleh ampunan dan kesehatan, dan kami mohon kesehatan yang sempurna, dan kami mohon mensyukuri atas kesehatan kami, dan kami mohon kecukupan. Ya Allah, Ya Tuhan kami, terimalah shalat kami, puasa kami, rukuk kami, dan khusyuk kami dan pengabdian kami, dan sempurnakanlah apa yang kami lakukan selama shalat ya Allah, ya Allah, ya Allah Dzat Yang Maha Pengasih dan Penyayang.”
Baca Juga : Menentukan Jumlah Host dan Subnet
Shalat sunat rawatib adalah shalat sunat yang
dikerjakan sebelum dan sesudah shalat fardhu. Yang termasuk shalat sunat
rawatib adalah:
1. Qobliyah Dzuhur 2 rakaat, dengan satu kali
salam.
Niatnya:
Ushallii sunnatan-zhuhri rak’ataini qabliyyatal
lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunah sebelum zuhur dua
rakaat karena Allah.”
2. Dan ba’diyah Dzuhur 2 atau 4 empat rakaat,
juga dengan dua kali salam.
Niatnya:
Ushallii sunnatan-zuhri rak’ataini ba’diyyatal
lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunah sesudah zuhur dua
rakaat karena Allah”.
3. Qobliyah Ashar 2 atau 4 rakaat, dengan dua
kali salam.
Niatnya:
Ushallii sunnatal-ashri ral’ataini qabliyyatal
lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunah sebelum ashar dua
rakaat karena Allah
4. Ba’diyah Magrib 2 rakaat, dengan satu kali
salam
Niat:
Ushallii sunnatal-magribi rak’ ataini ba’diyyatal
lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunah sesudah magrib
dua rakaat karena Allah”.
5. Qobliyah Isya 4 rakaat, dengan dua kali salam
Niatnya:
Ushallii sunnatal-isyaa’I rak’ataini qabliyyatal
lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalt sunah sebelum isya dua
rakaat karena Allah
6. Untuk ba’diyah isya cukup 2 rakaat dengan satu
kali salam
Niatnya:
Ushallii sunnatal-isya’i rak’ataini ba’diyyatal
lillaahi ta’aalaa
Artinya: “Aku niat shalat sunah sesudah isya dua
rakaat karena Allah.”
7. Qobliyah Subuh 2 rakaat, dengan satu kali
salam
Niatnya:
Ushallii sunnatal subhi rak’ataini qabliyatal
lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunah sesudah isya dua
rakaat karena Allah.”
Keutamaan Shalat Sunnah Rawatib
Ummu Habibah berkata, “Aku telah mendengar
Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa Shalat dalam sehari semalam dua belas
rakaat, akan dibangun untuknya rumah di Surga, yaitu empat rakaat sebelum
Dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah maghrib, dua rakaat
sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shalat Subuh.” (HR Tirmidzi, ia mengatakan,
hadits ini hasan sahih).
“Dari Aisyah ra, bahwa Nabi Muhammad saw
bersabda: Dua rakaat fajar (qabliyah subuh) itu lebih baik daripada dunia dan
seisinya.” (HR Muslim)
Baca Juga : Security Pada VPN
Baca Juga : Security Pada VPN
Sholat istikharoh
Shalat istikharah ialah shalat sunat dua rakaat
untuk memohon kepada Allah ketentuan pilihan yang lebih baik di antara 2 hal
yang belum dapat ditentukan baik buruknya.
Yakni, apabila seseorang berhajat dan
bercita-cita akan mengerjakan suatu maksud, sedangkan ia ragu-ragu untuk
menentukan pilihannya tersebut, apakah harus dilakukan atau tidak, diambil atau
tidak.
Salah satu aplikasi shalat istikharah ini
misalnya dalam kasus menentukan pasangan hidup. Misalnya saja seorang perempuan
bernama Rini yang dipinang oleh 2 orang lelaki yang sama-sama dicintainya.
Maka, untuk menghilangkan keragu-raguannya
tersebut, Rini melaksanakan shalat istikharah agar Allah memberinya petunjuk,
lelaki mana yang baik untuk menjadi pasangan hidupnya.
Rasulullah bersabda:
“Jika salah seorang dari kalian menghendaki suatu
perkara, maka shalatlah dua rakaat dari selain shalat fardhu, kemudian
hendaklah mengucapkan: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepada-Mu dengan ilmu-Mu,
aku meminta penilaian-Mu dengan kemampuan-Mu dan aku meminta kepada-Mu dari
karunia-Mu yang sangat besar. Sesungguhnya Engkau kuasa sedangkan aku tidak
kuasa, Engkau mengetahui sedangkan aku tidak mengetahui, dan Engkau Maha
mengetahui perkara-perkara yang ghaib. Ya Allah, jika Engkau mengetahui perkara
ini lebih baik bagiku dalam urusan agamaku, kehidupanku, dan kesudahan urusanku
-atau urusan dunia dan akhiratku, maka putuskanlah dan mudahkanlah urusan ini
untukku, kemudian berkahilah untukku di dalamnya. Ya Allah, jika Engkau
mengetahui bahwa itu buruk bagiku, baik dalam urusan agamaku, kehidupanku
maupun kesudahan urusanku -atau urusan dunia dan akhiratku- maka palingkanlah
ia dariku dan palingkanlah aku darinya serta putuskanlah yang terbaik untukku
di mana pun berada, kemudian ridhailah aku dengannya.’ Dan hendaklah ia
menyebutkan hajatnya.” (HR Bukhari, At-Tirmidzi, An-Nasai dan lainnya)
Shalat istikharah lebih utama jika dikerjakan
pada waktu malam hari, seusai shalat lalu berdoalah dengan doa istikharah. Lalu
setelah itu, mintalah petunjuk atas apa yang diragukannya.
Niat shalat istikharah:
Ushalli sunnatal istikharah rak’ataini lillaahi
ta’alaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunat istikharah dua
rakaat karena Allah.”
Berbagai Petunjuk yang Mungkin Datang
Seusai Istiharah
Allah memberikan petunjuk melalui mimpi
Petunjuk melalui firasat
Petunjuk melalui ketetapan hati
Petunjuk dengan menjauhkan orang tersebut dari
yang tidak baik untuk dirinya dan mendekatkan dengan apa yang baik untuknya
Baca Juga : Proses Perancangan Basis Data
Sholat idul fitri
Shalat hari raya yang dilakukan oleh umat Muslim ada 2, yakni shalat idul adha dan shalat idul fitri.
Shalat ied termasuk dalam shalat sunat muakad, artinya shalat ini walaupun bersifat sunat namun sangat penting sehingga sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.
Telah berkata Jabir ra, “Saya menyaksikan shalat ‘ied bersama nabi, beliau memulai shalat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai beliau berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertakwa kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka. “ (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Ummu ‘Atiyah ra. ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami keluar pada ‘idul fitri dan ‘idul adhha semua gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haid mengasingkan diri dari mushalla tempat shalat ‘ied, mereka menyaksikan kebaikan dan mendengarkan da’wah kaum muslimin (mendengarkan khutbah). Saya berkata: Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai jilbab? Beliau bersabda: Supaya saudaranya meminjamkan kepadanya dari jilbabnya.” (HR Jama’ah)
Diriwayatkan dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia berkata, “Sesungguhnya nabi bertakbir pada shalat ‘ied dua belas kali takbir. dalam raka’at pertama tujuh kali takbir dan pada raka’at yang kedua lima kali takbir dan tidak shalat sunnah sebelumnya dan juga sesudahnya.” (HR Amad dan Ibnu Majah)
Niat untuk shalat idul fitri:
Ushallii sunnatal li iidil fitri rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunat idul fitri 2 rakaat karena Allah.”
Niat untuk shalat idul adha:
Ushallii sunnatal li iidil adhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunat idul adha dua rakaat karena Allah.”
1. Tata Cara Pelaksanaannya
Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:
2. Sunnah-sunnah Rasulullah Padan Perayaan Hari Raya
1. Mandi sebelum shalat ‘Ied
Dari Ali radhiallahu’anhu bahwa ia pernah ditanya perihal mandi, maka dia menjawab, “Yaitu pada hari Jum’at, hari ‘Arafah, hari raya Fitri dan hari raya Idul Adha.” (HR Baihaqi)
2. Menggunakan pakaian terbaik dan berhias
Dari Ibnu Umar dia berkata, “Umar pernah mengambil jubah dari sutera yang dijual di pasar, kemudian dia mendatangi Rasulullah seraya berucap, ‘Wahai Rasulullah, belilah ini dan pergunakanlah untuk berhias diri pada hari raya ‘Ied dan wufud (menyambut kedatangan delegasi).’ Maka Rasulullah bersabda, “sesunguhnya ini adalah pakaian orang yang tidak berakhlak.” Maka Umar pun terdiam sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah. Setelah itu, Rasulullah mengirimkan kepadanya jubah dibaaj (sutera), maka Umar pun menerimanya dan kemudian membawanya kepada Rasulullah seraya berucap, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau pernah mengatakan, “Sesungguhnya ini adalah pakaian orang yang tidak berakhlak,” tetapi engkau justru mengirimkan jubah ini kepadaku.’ Maka Rasulullah bersabda kepadanya, “Engkau bisa menjualnya atau menukarnya dengan sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhanmu.”
3. Waktu makan dan minum pada shalat ‘Ied hari raya Idul Adha dan idul Fitri
“Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam tidak berangkat (ke tanah lapang) pada hari Idul Fitri sebelum sarapan dan pada hari raya Idul Adha beliau tidak makan sampai pulang, kemudian beliau makan dari daging hewan-hewan kurbannya.” (HR Tirmidzi)
Al-‘Allamah as-Syaukani mengatakan, “Hikmah diakhirkannya makan pada hari raya Idul Adha adalah karena pada hari itu disyari’atkan penyembelihan hewan kurban dan memakan sebagian darinya. Oleh karena itu, makannya disyari’atkan dari hewan kurban itu.”
4. Melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang shalat ‘Ied
Dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata, “Jika hari raya ‘Ied tiba, Nabi shalallahu’alaihi wa sallam biasa mengambil jalan lain (ketika berangkat dan pulang).” (HR Bukhari)
5. Bertakbir
Adapun bertakbir pada hari raya kurban, didasarkan pada ayat Al Qur’an:
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) nama Allah dalam beberapa hari yang terbilang. (Al-Baqarah: 203)
Waktu takbir pada hari raya kurban dimulai sejak Subuh hari ‘Arafah hingga Ashar pada hari terakhir hari Tasyrik. Lafazh takbir yang berasal dari riwayat Ibnu Mas’ud bahwasanya dia bertakbir pada hari tasyrik dengan lafazh, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar Wa Lilaahilhamd.”
Baca Juga : DHTML
Shalat Hajat
DR. Abdullah al Faqih, didalam fatwanya, Markaz Ad Da’wah no 1390 mengatakan bahwa telah disebutkan didalam riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah serta yang lainnya dari hadits Abdullah bin Abi Aufa’ bahwa Nabi saw,”Barangsiapa yang mempunyai suatu keperluan kepada Allah atau kepada seseorang dari anak Adam hendaklah dia berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian melaksanakan shalat dua rakaat kemudian dia memuji Allah bershalawat atas Nabi kemudian berkata
لا إله إلا الله الحليم الكريم سبحان الله رب العرش العظيم الحمد لله رب العالمين أسألك موجبات رحمتك وعزائم مغفرتك والغنيمة من كل بر والسلامة من كل إثم لا تدع لي ذنبا إلا غفرته ولا هما إلا فرجته ولا حاجة هي لك رضا إلا قضيتها يا أرحم الراحمين
Didalam riwayat Ibnu Majah terdapat tambahan,”Kemudian dia meminta kepada Allah tentang urusan dunia dan akherat sekehendaknya maka sesungguhnya ia akan ditetapkan.”
Para ahli ilmu menamakan shalat diatas dengan shalat hajat. Para ahli ilmu berbeda pendapat didalam mengamalkan hadits ini dikarenakan perbedaan diantara mereka tentang keberadaan / kekuatan hadits tersebut.
Sebagian mereka berpendapat bahwa hadits itu tidak boleh diamalkan dikarenakan hadits itu tidak kokoh. Karena didalam sanadnya terdapat Faid bin Abdurahman al Kufiy yang meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa’, dan ia termasuk orang yang ditinggalkan haditsnya dikalangan mereka.
Sebagian ulama lainya berpendapat bahwa hadits tersebut dapat diamalkan karena dua hal:
1. Karena hadits tersebut memiliki banyak jalan dan bukti yang saling menguatkan, sementara Faid menurut mereka adalah orang yang haditsnya dapat ditulis (diriwayatkan)
2. Hadits ini termasuk didalam keutamaan amal dan keutamaan amal dapat dengan menggunakan hadits yang lemah jika ia berada dibawah asas yang teguh dan tidak bertentangan dengan yang lebih shahih. DR. Abdullah Faqih lebih cenderung kepada pendapat yang kedua.
Adapun tentang cara-caranya telah disebutkan didalam hadits diatas. (Fatawa as Sabakah al Islamiyah juz II hal 182)
Artinya: “Ya Allah, beri karunia kesejahteraan atas jungjunan kami Muhammad, kesejahteraan yang diridhai, dan diridailah daripada sahabat-sahabat sekalian.
Artinya: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha Penyantun. Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara Arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa daripada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan, melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Paling Pengasih dan Penyayang.”
3. Keutamaan Shalat Hajat
Baca Juga : Visual Basic
Shalat Tasbih
Para ulama telah berselisih pendapat tentang hukum shalat tasbih menjadi dua pendapat : pendapat pertama mengatakan bahwa ia adalah sunnah sedangkan pendapat yang kedua melarangnya. Perbedaan pendapat mereka disebabkan perbedaan mereka pula terhadap keshahihan hadits yang berbicara tentang shalat ini.
Para ulama yang menshahihkannya mengatakan disunnahkannya shalat itu, diantara mereka adalah Daruquthniy, al Khatib al Baghdadiy, Abu Musa al Madaniy, Abu Bakar bin Abu Daud, Hakim, Suyuthi, al Hafizh Ibnu Hajar dan al Albaniy serta yang lainnya.
Sedangkan para ulama yang melemahkan hadits itu melarangnya, diantara mereka adalah Ibnul Jauziy, Sirojuddin al Qozwiniy, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Ahmad dan yang lainnya. Namun Ibnu Hajar mengatakan,”Aku mengatakan bahwa terdapat riwayat dari Ahmad bahwa dia menarik kembali hal itu (tentang kelemahan hadits itu).
Ali bin Said an Nasai mengatakan bahwa aku bertanya kepada Ahmad tentang shalat tasbih. Lalu dia (Ahmad) menjawab,”Aku melihat bahwa itu tidak sah sama sekali.” Aku mengatakan,”Al Mustamir bin ar Royan dari Abu al Jauzaa dari Abdullah bin ‘Amr.” Ahmad berkata,”Siapa yang telah berbicara kepadamu.” Aku menjawab,”Muslim bin Ibrahim.” Ahmad mengatakan,”Al Mustamir bisa dipercaya.”Tampaknya dia kaget. Penukilan dari Ahmad ini mengindikasikan bahwa beliau kembali kepada pendapat yang mensunnahkannya)
DR. Abdullah al Faqih memilih pendapat yang mensunnahkannya karena hadits itu diperkuat dari berbagai jalan dan bukti-bukti sehingga menjadikannya terangkat dan bisa dipakai sebagai hujjah. (Fatawa as Sabakah al Islamiyah juz III hal 605)
Ketiga shalat diatas—bagi mereka yang mengatakan sunnah—tidaklah terikat oleh waktu-waktu tertentu, artinya shalat-shalat itu bisa dilakukan kapan saja baik siang maupun malam kecuali pada waktu-waktu yang dilarang melakukan shalat, seperti : setelah shalat shubuh dan ashar, pada terbit dan terbenam matahari dan waktu istiwa (matahari benar-benar berada di posisi tengah hari) karena pada waktu-waktu ini terdapat perselisihan dikalangan ulama.
Baca Juga : Kelebihan Java dibandingkan Pascal
Shalat Taubat
Shalat Taubat ini disunnahkan menurut kesepakatan para ulama empat madzhab, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, Baihaqi dan Tirmidzi yang mengatakan hadits hasan dari Abu Bakar berkata,”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seseorang melakukan suatu dosa lalu dia berdiri untuk bersuci (berwudhu) kemudian melakukan shalat—dua rakaat—kemudian memohon ampun kepada Allah kecuali Dia swt akan memberikan ampunan padanya.”
Kemudian beliau saw membaca ayat :
Didalam riwayat Thabrani dengan sanad hasan dari Abu ad Darda bahwa Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya lalu melaksanakan shalat dua rakaat atau empat rakaat, baik ia shalat wajib atau yang bukan wajib dengan membaguskan ruku, sujudnya lalu memohon ampunan kepada Allah maka Allah akan mengampuninya.”
Intinya bahwa orang itu melakukan taubat dan memohon ampunan kepada Allah swt atas dosa yang telah dilakukannya setelah dia menuanaikan suatu shalat (shalat apa pun) baik setelah shalat-shalat fardhu atau sunnah.
Adapula yang mengatakan bahwa ketika seorang melakukan suatu dosa maka dia bisa mengambil air wudhu lalu shalat dua rakaat dan memohon ampunan kepada Allah swt, sebagaimana hadits Abu Bakar diatas. Adapun cara melakukan shalat ini adalah seperti halnya shalat sunnah lainnya.
Baca Juga : LAN
Baca Juga : Proses Perancangan Basis Data
Sholat idul fitri
Shalat hari raya yang dilakukan oleh umat Muslim ada 2, yakni shalat idul adha dan shalat idul fitri.
Shalat ied termasuk dalam shalat sunat muakad, artinya shalat ini walaupun bersifat sunat namun sangat penting sehingga sangat dianjurkan untuk tidak meninggalkannya.
Telah berkata Jabir ra, “Saya menyaksikan shalat ‘ied bersama nabi, beliau memulai shalat sebelum khutbah tanpa adzan dan tanpa iqamah, setelah selesai beliau berdiri bertekan atas Bilal, lalu memerintahkan manusia supaya bertakwa kepada Allah, mendorong mereka untuk taat, menasihati manusia dan memperingatkan mereka, setelah selesai beliau turun mendatangai shaf wanita dan selanjutnya beliau memperingatkan mereka. “ (HR Muslim)
Diriwayatkan dari Ummu ‘Atiyah ra. ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami keluar pada ‘idul fitri dan ‘idul adhha semua gadis-gadis, wanita-wanita yang haid, wanita-wanita yang tinggal dalam kamarnya. Adapun wanita yang sedang haid mengasingkan diri dari mushalla tempat shalat ‘ied, mereka menyaksikan kebaikan dan mendengarkan da’wah kaum muslimin (mendengarkan khutbah). Saya berkata: Yaa Rasulullah bagaimana dengan kami yang tidak mempunyai jilbab? Beliau bersabda: Supaya saudaranya meminjamkan kepadanya dari jilbabnya.” (HR Jama’ah)
Diriwayatkan dari Amru bin Syu’aib, dari ayahnya, dari neneknya, ia berkata, “Sesungguhnya nabi bertakbir pada shalat ‘ied dua belas kali takbir. dalam raka’at pertama tujuh kali takbir dan pada raka’at yang kedua lima kali takbir dan tidak shalat sunnah sebelumnya dan juga sesudahnya.” (HR Amad dan Ibnu Majah)
Niat untuk shalat idul fitri:
Ushallii sunnatal li iidil fitri rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunat idul fitri 2 rakaat karena Allah.”
Niat untuk shalat idul adha:
Ushallii sunnatal li iidil adhaa rak’ataini lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat shalat sunat idul adha dua rakaat karena Allah.”
1. Tata Cara Pelaksanaannya
Waktu shalat hari raya adalah setelah terbit matahari sampai condongnya matahari. Syarat, rukun dan sunnatnya sama seperti shalat yang lainnya. Hanya ditambah beberapa sunnat sebagai berikut:
- Dilakukan secara berjamaah
- Takbir tujuh kali pada rakaat pertama, dan lima kali pada rakat kedua
- Mengangkat tangan setinggi bahu pada setiap takbir.
- Setelah takbir yang kedua sampai takbir yang terakhir membaca tasbih.
- Khutbah dua kali setelah shalat sebagaimana khutbah jum’at
- Pada khutbah Idul Fitri memaparkan tentang zakat fitrah dan pada Idul Adha tentang hukum – hukum Qurban.
- Mandi, berhias, memakai pakaian sebaik-baiknya.
- Makan terlebih dahulu pada shalat Idul Fitri pada Shalat Idul Adha sebaliknya.
2. Sunnah-sunnah Rasulullah Padan Perayaan Hari Raya
1. Mandi sebelum shalat ‘Ied
Dari Ali radhiallahu’anhu bahwa ia pernah ditanya perihal mandi, maka dia menjawab, “Yaitu pada hari Jum’at, hari ‘Arafah, hari raya Fitri dan hari raya Idul Adha.” (HR Baihaqi)
2. Menggunakan pakaian terbaik dan berhias
Dari Ibnu Umar dia berkata, “Umar pernah mengambil jubah dari sutera yang dijual di pasar, kemudian dia mendatangi Rasulullah seraya berucap, ‘Wahai Rasulullah, belilah ini dan pergunakanlah untuk berhias diri pada hari raya ‘Ied dan wufud (menyambut kedatangan delegasi).’ Maka Rasulullah bersabda, “sesunguhnya ini adalah pakaian orang yang tidak berakhlak.” Maka Umar pun terdiam sesuai dengan apa yang menjadi kehendak Allah. Setelah itu, Rasulullah mengirimkan kepadanya jubah dibaaj (sutera), maka Umar pun menerimanya dan kemudian membawanya kepada Rasulullah seraya berucap, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau pernah mengatakan, “Sesungguhnya ini adalah pakaian orang yang tidak berakhlak,” tetapi engkau justru mengirimkan jubah ini kepadaku.’ Maka Rasulullah bersabda kepadanya, “Engkau bisa menjualnya atau menukarnya dengan sesuatu yang bisa memenuhi kebutuhanmu.”
3. Waktu makan dan minum pada shalat ‘Ied hari raya Idul Adha dan idul Fitri
“Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam tidak berangkat (ke tanah lapang) pada hari Idul Fitri sebelum sarapan dan pada hari raya Idul Adha beliau tidak makan sampai pulang, kemudian beliau makan dari daging hewan-hewan kurbannya.” (HR Tirmidzi)
Al-‘Allamah as-Syaukani mengatakan, “Hikmah diakhirkannya makan pada hari raya Idul Adha adalah karena pada hari itu disyari’atkan penyembelihan hewan kurban dan memakan sebagian darinya. Oleh karena itu, makannya disyari’atkan dari hewan kurban itu.”
4. Melewati jalan yang berbeda ketika berangkat dan pulang shalat ‘Ied
Dari Jabir radhiallahu’anhu, dia berkata, “Jika hari raya ‘Ied tiba, Nabi shalallahu’alaihi wa sallam biasa mengambil jalan lain (ketika berangkat dan pulang).” (HR Bukhari)
5. Bertakbir
Adapun bertakbir pada hari raya kurban, didasarkan pada ayat Al Qur’an:
Dan berdzikirlah (dengan menyebut) nama Allah dalam beberapa hari yang terbilang. (Al-Baqarah: 203)
Waktu takbir pada hari raya kurban dimulai sejak Subuh hari ‘Arafah hingga Ashar pada hari terakhir hari Tasyrik. Lafazh takbir yang berasal dari riwayat Ibnu Mas’ud bahwasanya dia bertakbir pada hari tasyrik dengan lafazh, “Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Laa Ilaaha Illallah, Allaahu Akbar, Allaahu Akbar Wa Lilaahilhamd.”
Baca Juga : DHTML
Shalat Hajat
DR. Abdullah al Faqih, didalam fatwanya, Markaz Ad Da’wah no 1390 mengatakan bahwa telah disebutkan didalam riwayat Tirmidzi, Ibnu Majah serta yang lainnya dari hadits Abdullah bin Abi Aufa’ bahwa Nabi saw,”Barangsiapa yang mempunyai suatu keperluan kepada Allah atau kepada seseorang dari anak Adam hendaklah dia berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian melaksanakan shalat dua rakaat kemudian dia memuji Allah bershalawat atas Nabi kemudian berkata
لا إله إلا الله الحليم الكريم سبحان الله رب العرش العظيم الحمد لله رب العالمين أسألك موجبات رحمتك وعزائم مغفرتك والغنيمة من كل بر والسلامة من كل إثم لا تدع لي ذنبا إلا غفرته ولا هما إلا فرجته ولا حاجة هي لك رضا إلا قضيتها يا أرحم الراحمين
Didalam riwayat Ibnu Majah terdapat tambahan,”Kemudian dia meminta kepada Allah tentang urusan dunia dan akherat sekehendaknya maka sesungguhnya ia akan ditetapkan.”
Para ahli ilmu menamakan shalat diatas dengan shalat hajat. Para ahli ilmu berbeda pendapat didalam mengamalkan hadits ini dikarenakan perbedaan diantara mereka tentang keberadaan / kekuatan hadits tersebut.
Sebagian mereka berpendapat bahwa hadits itu tidak boleh diamalkan dikarenakan hadits itu tidak kokoh. Karena didalam sanadnya terdapat Faid bin Abdurahman al Kufiy yang meriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa’, dan ia termasuk orang yang ditinggalkan haditsnya dikalangan mereka.
Sebagian ulama lainya berpendapat bahwa hadits tersebut dapat diamalkan karena dua hal:
1. Karena hadits tersebut memiliki banyak jalan dan bukti yang saling menguatkan, sementara Faid menurut mereka adalah orang yang haditsnya dapat ditulis (diriwayatkan)
2. Hadits ini termasuk didalam keutamaan amal dan keutamaan amal dapat dengan menggunakan hadits yang lemah jika ia berada dibawah asas yang teguh dan tidak bertentangan dengan yang lebih shahih. DR. Abdullah Faqih lebih cenderung kepada pendapat yang kedua.
Adapun tentang cara-caranya telah disebutkan didalam hadits diatas. (Fatawa as Sabakah al Islamiyah juz II hal 182)
Tata cara sholat hajat
Sjolat Hajat
Shalat Hajat adalah shalat sunnat yang dilakukan
seorang muslim ia memiliki hajat tertentu dan ia ingin hajat tersebut
dikabulkan oleh AllahS WT. Shalat dilakukan minimal 2 raka’at dan maksimal 12
raka’at dengan salam setiap 2 rakaat. Shalat ini dapat dilakukan kapan saja
asalkan tidak pada waktu-waktu yang dilarang untuk melakukan shalat (lihat pada
shalat sunnat).
1. Niat shalat hajat:
Ushallii sunnatal haajati rak’aataini lillaahi
ta’aala.
Artinya: “Aku berniat shalat hajat sunah hajat
dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
2. Doa Shalat Hajat
بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ
لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.. Segala puji hanya bagi Allah swt atas limpahan nikmat-nikmat
dan segala tambahannya. Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu sebanding dengan
kemulyaan dan keagungan kekuasaannMu.
Lalu beristigfar
Astagfirullaha rabbi min kulli dzanbin wa
atuubu ilaiih.
Artinya: “Aku memohon ampunan kepada Tuhanku, dari dosa-dosa, dan aku
bertaubat kepada-Mu”
Lalu membaca sholawat nabi
Allahuma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammadin shalaatarridhaa wardha
‘an ashaabihir ridhar ridhaa.Artinya: “Ya Allah, beri karunia kesejahteraan atas jungjunan kami Muhammad, kesejahteraan yang diridhai, dan diridailah daripada sahabat-sahabat sekalian.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِا
أَسْأَلُكَ مُوْجِباَتِ رَحْمَتِكَ
لْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ
وَالْغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ
لاَ تَدَعْ لِيْ ذَنْباً إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمّاً إِلاَّ فَرَّجْتَهُ
وَلاَ حَاجَةً هِيَ لَكَ رِضاً إِلاَّ قَضَيْتَهَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
Laa ilaha illallohul haliimul kariimu subhaanallohi robbil ‘arsyil ‘azhiim. Alhamdu lillaahi robbil ‘aalamiin. As `aluka muujibaati rohmatika wa‘azaaima maghfirotika wal ghoniimata ming kulli birri wassalaamata ming kulli itsmin. Laa tada’ lii dzamban illa ghofartahu walaa hamman illaa farojtahu walaa haajatan hiya laka ridhon illa qodhoitahaa yaa arhamar roohimiin.Artinya: “Tidak ada Tuhan melainkan Allah Yang Maha Lembut dan Maha Penyantun. Maha Suci Allah, Tuhan pemelihara Arsy yang Maha Agung. Segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang mewajibkan rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan memperoleh keuntungan pada tiap-tiap dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa daripada diriku, melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu kepentingan, melainkan Engkau beri jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Paling Pengasih dan Penyayang.”
3. Keutamaan Shalat Hajat
Sabda Rasulullah: “Siapa yang berwudhu dan
sempurna wudhunya, kemudian shalat dua rakaat (Shalat Hajat) dan sempurna
rakaatnya maka Allah berikan apa yang ia pinta cepat atau lambat.” (HR Ahmad)
Diriwayatkan dari Abu Sirah an-Nakh’iy, dia berkata, “Seorang laki-laki
menempuh perjalanan dari Yaman. Di tengah perjalan keledainya mati, lalu dia
mengambil wudhu kemudian shalat dua rakaat, setelah itu berdoa. Dia
mengucapkan, “Ya Allah, sesungguhnya saya datang dari negeri yang sangat jauh
guna berjuang di jalan-Mu dan mencari ridha-Mu. Saya bersaksi bahwasanya Engkau
menghidupkan makhluk yang mati dan membangkitkan manusia dari kuburnya,
janganlah Engkau jadikan saya berhutang budi terhadap seseorang pada hari ini.
Pada hari ini saya memohon kepada Engkau supaya membangkitkan keledaiku yang
telah mati ini.” Maka, keledai itu bangun seketika, lalu mengibaskan kedua
telinganya.”(HR Baihaqi)
Baca Juga : Visual Basic
Shalat Tasbih
Para ulama telah berselisih pendapat tentang hukum shalat tasbih menjadi dua pendapat : pendapat pertama mengatakan bahwa ia adalah sunnah sedangkan pendapat yang kedua melarangnya. Perbedaan pendapat mereka disebabkan perbedaan mereka pula terhadap keshahihan hadits yang berbicara tentang shalat ini.
Para ulama yang menshahihkannya mengatakan disunnahkannya shalat itu, diantara mereka adalah Daruquthniy, al Khatib al Baghdadiy, Abu Musa al Madaniy, Abu Bakar bin Abu Daud, Hakim, Suyuthi, al Hafizh Ibnu Hajar dan al Albaniy serta yang lainnya.
Sedangkan para ulama yang melemahkan hadits itu melarangnya, diantara mereka adalah Ibnul Jauziy, Sirojuddin al Qozwiniy, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah, Imam Ahmad dan yang lainnya. Namun Ibnu Hajar mengatakan,”Aku mengatakan bahwa terdapat riwayat dari Ahmad bahwa dia menarik kembali hal itu (tentang kelemahan hadits itu).
Ali bin Said an Nasai mengatakan bahwa aku bertanya kepada Ahmad tentang shalat tasbih. Lalu dia (Ahmad) menjawab,”Aku melihat bahwa itu tidak sah sama sekali.” Aku mengatakan,”Al Mustamir bin ar Royan dari Abu al Jauzaa dari Abdullah bin ‘Amr.” Ahmad berkata,”Siapa yang telah berbicara kepadamu.” Aku menjawab,”Muslim bin Ibrahim.” Ahmad mengatakan,”Al Mustamir bisa dipercaya.”Tampaknya dia kaget. Penukilan dari Ahmad ini mengindikasikan bahwa beliau kembali kepada pendapat yang mensunnahkannya)
DR. Abdullah al Faqih memilih pendapat yang mensunnahkannya karena hadits itu diperkuat dari berbagai jalan dan bukti-bukti sehingga menjadikannya terangkat dan bisa dipakai sebagai hujjah. (Fatawa as Sabakah al Islamiyah juz III hal 605)
Ketiga shalat diatas—bagi mereka yang mengatakan sunnah—tidaklah terikat oleh waktu-waktu tertentu, artinya shalat-shalat itu bisa dilakukan kapan saja baik siang maupun malam kecuali pada waktu-waktu yang dilarang melakukan shalat, seperti : setelah shalat shubuh dan ashar, pada terbit dan terbenam matahari dan waktu istiwa (matahari benar-benar berada di posisi tengah hari) karena pada waktu-waktu ini terdapat perselisihan dikalangan ulama.
Baca Juga : Kelebihan Java dibandingkan Pascal
Shalat Taubat
Shalat Taubat ini disunnahkan menurut kesepakatan para ulama empat madzhab, berdasarkan apa yang diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, Baihaqi dan Tirmidzi yang mengatakan hadits hasan dari Abu Bakar berkata,”Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seseorang melakukan suatu dosa lalu dia berdiri untuk bersuci (berwudhu) kemudian melakukan shalat—dua rakaat—kemudian memohon ampun kepada Allah kecuali Dia swt akan memberikan ampunan padanya.”
Kemudian beliau saw membaca ayat :
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُواْ فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُواْ
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُواْ اللّهَ فَاسْتَغْفَرُواْ لِذُنُوبِهِمْ وَمَن يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلاَّ اللّهُ وَلَمْ يُصِرُّواْ عَلَى مَا فَعَلُواْ وَهُمْ
يَعْلَمُونَ ﴿١٣٥﴾أُوْلَئِكَ جَزَآؤُهُم مَّغْفِرَةٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَجَنَّاتٌ تَجْرِي مِن
تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَنِعْمَ أَجْرُ الْعَامِلِينَ ﴿١٣٦﴾
Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari
pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka
Mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga
yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan
Itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal.” (QS. Ali Imron : 135 –
136)Didalam riwayat Thabrani dengan sanad hasan dari Abu ad Darda bahwa Nabi saw bersabda,”Barangsiapa yang berwudhu lalu membaguskan wudhunya lalu melaksanakan shalat dua rakaat atau empat rakaat, baik ia shalat wajib atau yang bukan wajib dengan membaguskan ruku, sujudnya lalu memohon ampunan kepada Allah maka Allah akan mengampuninya.”
Intinya bahwa orang itu melakukan taubat dan memohon ampunan kepada Allah swt atas dosa yang telah dilakukannya setelah dia menuanaikan suatu shalat (shalat apa pun) baik setelah shalat-shalat fardhu atau sunnah.
Adapula yang mengatakan bahwa ketika seorang melakukan suatu dosa maka dia bisa mengambil air wudhu lalu shalat dua rakaat dan memohon ampunan kepada Allah swt, sebagaimana hadits Abu Bakar diatas. Adapun cara melakukan shalat ini adalah seperti halnya shalat sunnah lainnya.
Baca Juga : LAN
Sholat Dhuha Khusus Untuk Rezeki Paling Cepat
Kalau memang anda ingin rejeki tercepat, mungkin anda bisa
mengamalkan sholat dhuha
khusus Selain rezeki cepat, juga melimpah
ruah. Inilah amalan sholat dhuha khusus itu:
Lakukan sholat duha 4 rokaat dengan 2 salam, dengan cara:
Rokaat ke 1 baca al fatiha 11x ayat kursi 11x..
Rokaat ke 2 baca al fatiha 11x.al kafirun 11x,salam.
Rokaat ke 3.baca al fatiha 11x al falaq 11x an nas 11x..
Rokaat ke 4 baca al fatiha 11x al ikhlas 11x… Salam.
Kemudian baca istigfar.111x.
subhanallah walhamdulillah walailahaillallahu allahu akbar
wala haula wala quwata illa billahil aliyil adzim.111x
Kemudian baca doa sholat dhuha 41x
Doa
Sesudah Sholat Dhuha
ALLOHHUMMA INNA
DHUHA A DHUHA UKA WAL BAHHA A BAHHAUKA WAL JAMA LA JAMALUKA WAL QUWWATA
QUWWATUKA WALQUDROTA QUDROTUKA WAL ISMATA ISMATUKA. ALLOHHUMMA INKANARIZQI FIIS
SAMA’I FAANZILHU WA INKAANA FIL ARDHI FA AKHRIJHU WAINKAANA MU’ASSARON
FAYASSIRHU WA INKAANA HAROOMANFATHOHHIRHU WA INKAANA BA’IIDAN FAQORIBHU BIHAQQI
DHUHA IKAWA BAHAA IKA WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDROTIKAAATINI MAA AA TAYTA
‘IBADAKASHSHSOLIHIIN.
Keterangan: setelah sholat
dhuha,baca doa solat dhuha lalu baca surat Adh-dhuha 41kali, kemudian disusul
membaca doa di bawah ini, InsyaAlloh hidupnya selalu berkecukupan.
BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIIM.
YAA ALLOH YAA WAHIIDU YAAAHAADU YAA JAWWADU INFAHNII MINKA BINAFAHATI
KHOIRININNAKA ‘ALAA KULLI SYAIIN QODIIR.Dibaca 11 kali
LAA HAULA WALAA
QUWWATA ILLAA BILLAHI LA MALJA’AWALAA MANJAA MINALLOOHI ILLAA ILLAHI.Dibaca 100
kali
LAA ILAAHA ILLALLOH
WALLOHU AKBAR. SUBHAANALLOH WABIHAMDIHII SUBHANALLOHIL ‘ADHIIM. ASTAGHFIRULLOH.
WA LAAHAW LAA WA LA QUWWATA ILLAA BILLAAHI. HUWAL AWWALUWAL AKHIRU WATHOHIRU
WAL BATHINU BIYADIHIL KHOIRUWAHUWA ‘ALAA KULLI SYAIIN QODIIR.
Dibaca 41 kali
ALLOHUMMA YAA
GHONIYYU YAA MUGHNII AGHNINII GHINAN LAAA KHOOFU BA’DAHU FAQRON WAHDINII FAINNI
DHOLLUN WA‘ALLIMNII FAINNII JAAHILUN.Dibaca 41 kali
Inilah amalan shalat Dhuha khusus untuk mendatangkan
rejeki paling cepat yang bisa anda amalkan. Meski agak berat dan lama, tapi
coba lakukan dengan penuh kesungguhan, insya Allah hajat anda akan dikabulkan
oleh Allah dengan segera. Amin
Baca Juga : Java
Baca Juga : Java