IMAN KEPADA RASUL
Ta’rif Nabi dan Rasul
Rasul
adalah orang laki-laki pilihan yang Allah berikan wahyu berisi syari’ah dan
diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaumnya. Sedang nabi adalah orang
laki-laki yang Allah berikan wahyu kepadanya berisi syari’ah, tetapi tidak
diperintahkan untuk menyampaikan kepada kaumnya.
Rasul dan nabi sama-sama
mendapatkan wahyu, tetapi sering kali seorang Nabi diutus Allah kepada kaum
yang memang sudah beriman sehingga perannya hanya menjalankan syari’ah yang
sudah ada itu dan tidak membawa ajaran yang baru. Seperti para Nabi yang pernah
Allah utus kepada Bani Israil setelah ditinggalkan Nabi Musa, mereka bertugas
mengajarkan dan mengamalkan Taurat, tidak membawa ajaran yang baru atau bukan
dari Taurat.
Di sinilah rahasia sabda Nabi :
al ulama waratsatul Anbiya, bukan waratsaturrasul, karena peran ulama hanya
terbatas pada menyampaikan ajaran agama yang ada bukan membuat aturan baru.
Jumlah
Nabi dan Rasul
Ketika Rasulullah ditanya oleh
Abu Dzar, tentang berapa jumlah para nabi dan rasul itu? Nabi menjawab 120 (seratus dua puluh)
ribu, dari mereka itu terdapat 313 (tiga ratus tiga belas) rasul. Dari
jumlah itu, yang tersebut namanya dalam Al Qur’an terdapt 25 orang, yaitu :
1.Adam, 2. Nuh, 3. Idris, 4. Shalih, 5. Ibrahim, 6. Hud, 7. Luth, 8. Yunus, 9.
Ismail, 10. Ishaq, 11. Ya,qub, 12. Yusuf, 13. Ayyub, 14. Syu’aib, 15. Musa,
16.Harun, 17. Yasa’, 18. Dzulkifli, 19. Dawud, 20. Zakariyyah, 21. Sualaiman,
22. Ilyas, 23. Yahya, 24. Isa dan 25. Muhammad SAW.
Para nabi
dan rasul diambil dari bangsa manusia itu sendiri, bukan dari jenis makhluk
lain, meskipun pernah ada permintaan dari kaum kafir agar nabinya dari bangsa
malaikat. Hal ini sangat tidak mungkin, karena
akan bertentangan dengan fungsi dan tugas rasul yang menjadi teladan. Bisa jadi
ketika nabi yang dari malaikat itu menyerukan sesuatu umatnya mudah saja
menolak dengan mengatakan :”Wajar saja ia bisa berbuat begitu, karena memang
dia malaikat, sementara kita manusia biasa, bagaimana bisa seperti dia…..dst”
Begitu juga tidak ada nabi atau rasul dari kaum
wanita. Kenabian adalah mutlak pilihan Allah, tidak ada intervensi siapapun
dalam penunjukannya, disamping itu tugas-tugas kenabian yang harus dilakukan
memang banyak yang bertentangan dengan fitrah kewanitaan, seperti menerima
wahyu, berbaur dengan umat, berjihad, keluar rumah, dsb.
Sifaturrasul
1.
Basyariyyaturrasul
Para nabi adalah manusia biasa yang juga membutuhkan hal-hal yang bersifat umum, seperti makan, minum, menikah, berketurunan dan sifat kemanusian/basyariyyah lainnya.
Para Nabi tidak memiliki kekuasaan sedikitpun yang menjadi kekhususan Allah, seperti mengetahui hal-hal ghaib, menguasai alam, mendatangkan keuntungan atau kerugian, memberkahi, dsb, kecuali yang telah Allah berikan kepadanya.
Para nabi adalah manusia biasa yang juga membutuhkan hal-hal yang bersifat umum, seperti makan, minum, menikah, berketurunan dan sifat kemanusian/basyariyyah lainnya.
Para Nabi tidak memiliki kekuasaan sedikitpun yang menjadi kekhususan Allah, seperti mengetahui hal-hal ghaib, menguasai alam, mendatangkan keuntungan atau kerugian, memberkahi, dsb, kecuali yang telah Allah berikan kepadanya.
2. Ishmaturrasul
Para rasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah, mereka telah dibekali Allah kesempurnaan dalam hal amanah, shidq/ kejujuran, fathonah/ kecerdasan, dan tabligh/ penyampaian, sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apapun.
3. Iltizamurrasul
Para rasul adalah orang-orang yang selalu komitmen dengan apapun yang mereka ajarkan. Mereka bekerja dan berda’wah sesuai dengan arahan dan perintah Allah, meskipun untuk menjalankan perintah Allah itu harus berhadapan dengan tantangan-tantangan yang berat baik dari dalam diri pribadinya, maupun dari para musuhnya. Dalam hal ini para rasul tidak pernah sejengkal-pun menghindar atau mundur dari perintah Allah.
Mukjizat Rasul.
Para rasul juga dibekali mukjizat dan tanda-tanda
keistimewaan lainnya, untuk membuktikan kebenaran kerasulannya, bahwa mereka
datang dari Allah SWT. Seperti yang pernah Allah berikan kepada Nabi Nuh, Nabi
Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad SAW.
Rasul Ulul-Azmi.
Dari 25 orang rasul itu terdapat lima orang rasul
yang dikenal dengan Ulul- Azmi minarrusul, yaitu : Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan
Muhammad SAW. Mereka itu Allah sebutkan dalam firman Allah: “Dan Ingatlah
ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu sendiri, dari
Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka
perjanjian yang teguh” QS. Al Ahzab:7.
Lima rasul ulul-azmi inilah yang harus selalu kita
kenang dan kita hayati perjalanan hidupnya, tanpa melupakan atau mengecilkan
peran dan keteladanan rasul-rasul lainnya.
Nabi Nuh, as.
Kegigihannya dalam berda’wah siang dan malam, tanpa mengharapkan jasa dan imbalan dari kaumnya. Keberadaan istri dan anak yang menjadi pengahalang da’wahnya serta ia tidak pernah terpengaruh oleh tantangan dan ejekan itu.
“Jika
kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu, sebagaimana kamu
sekalian mengejek kami” QS. Hud/11: 38
Nabi Ibrahim, as.
Kepatuhannya dalam menjalankan perintah Allah, mulai dari pernyataannya memisahkan diri dari kepercayaan kaumnya termasuk ayahnya sendiri, caranya berdialog menunjukkan kebatilan patung/berhala kepada kaumnya, keberaniannya menghancurkan patung-patung sesembahan Namrud dan kaumnya, hingga murka dan pembakaran Ibrahim oleh kaumnya.
Maka wajar orang yang sedemikian hanifnya, dan tinggi semangat da’wahnya, Allah tidak relakan terbakar oleh api Namrud. Demikian juga kepindahannya ke Makkah, tanah tandus yang tidak berumput, kesiapan istri dan keluarga ketika harus ditinggal sendiri, Ibrahim pergi memenuhi perintah Allah. Kesungguhannya untuk berkorban, kebesaran jiwa istri, dan kepatuhan anak untuk dikorbankan, hanya karena memenuhi perintah Allah.
Nabi Musa, as.
Kisah terbanyak dalam Al Qur’an adalah kisah Musa dan Fir’aun. Sejak kecilnya sudah dihadapkan dengan bahaya. Kerelaan ibunya menghanyutkan bayi Musa di sungai Nil, adalah sebuah pengorbanan yang tak terhingga.
Pembelaannya
pada Bani Israil yang tertindas, membuatnya keluar dari istana Fir’aun, menuju
ke Madyan, menjadi penggembala kambing Nabi Syu’aib selama sepuluh tahun. Lalu
diperintahkan Allah kembali menemui Fir’aun mengajaknya beriman kepada Allah, Musa
mulai berhadapan dengan tantangan besar, ditentang dan dimusuhi Fir’aun. Musa
berhasil membawa sebagian Bani Israil setelah mengalahkan tukang-tukang sihir
Fir’aun. Musa di uji kesabarannya membawa Bani
Israil, keluar dari Mesir menuju ke Baitul Maqdis dan pendurhakaan Bani Israil
pada Musa.
Nabi Isa, as.
Kelahiran tanpa ayah, tuduhan keluarga Maryam atas diri Maryam. Mukjizat Isa yang bisa berbicara saat di buaian, menyembuhkan orang sakit, dan menghidupkan orang mati, atas izin Allah tidak membuatnya keluar dari statusnya sebagai hamba Allah.
Tantangan
dari kaum Yahudi, yang berusaha membunuhnya. Pengkultusan yang dilakukan oleh
kaum Nasrani, karena Isa dianggap memiliki sifat-sifat ketuhanan, seperti
menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati, dan membuat burung dari
tanah membuatnya berdoa “ Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka
adalah hamba-hamba-Mu dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesngguhnya
Engkau yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana ”.
Nabi Muhammad, SAW.
Kesabarannya yang tak terhingga dalam mengajak kaumnya bertauhid kepda Allah. Tantangan dari kaumnya dan bahkan pamannya sendiri, hingga ia harus terusir dari kampung halamannya. Ke Thaif, dilempari batu, dituduh orang gila, tapi yang keluar dari mulutnya, hanya permohonan kepada Allah agar menunjuki mereka. Dst.
Nabi Muhammad, SAW.
Kesabarannya yang tak terhingga dalam mengajak kaumnya bertauhid kepda Allah. Tantangan dari kaumnya dan bahkan pamannya sendiri, hingga ia harus terusir dari kampung halamannya. Ke Thaif, dilempari batu, dituduh orang gila, tapi yang keluar dari mulutnya, hanya permohonan kepada Allah agar menunjuki mereka. Dst.
Demikianlah
kegigihan para rasul ulul azmi dalam menyelamatkan kaumnya dari bahaya kufur,
agar mereka bertauhid kepada Allah. Seluruh usaha dan pengerahan kemampuan
hanya ditujukan agar umat manusia menjadi beriman kepada Allah, hidup dengan
benar, keluar dari lingkaran kebinatangan untuk menjadi manusia utuh dan
sempurna, memerankan fungsi khalifah, sebagai makhluk yang memiliki keutamaan
dibandingkan dengan makhluk manapun adanya.