survei membuktikan:
KEINGINAN KUAT SAJA tidak cukup
untuk berhenti merokok
Dokter dan perokok perlu pengobatan baru untuk
berhenti merokok yang lebih efektif
JAKARTA, 30 Desember 2007 – Para perokok yang pernah mencoba berhenti pasti paham betul bahwa
berhenti merokok bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan. Banyak perokok yang
ingin berhenti merokok hanya dengan mengandalkan motivasi diri sendiri dan
lingkungan serta berbagai metode alternatif, ternyata gagal dan kembali
merokok. Hal ini terungkap dalam semiloka tentang alternatif berhenti merokok
yang diadakan hari ini di Jakarta oleh PT. Pfizer Indonesia dengan menampilkan
Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K), spesialis penyakit paru, sebagai pembahas
utama.
Sulitnya berhenti merokok ini
ditunjukkan oleh sebuah survei berskala internasional yang dilakukan Pfizer
Inc. yaitu studi SUPPORT (Smoking: Understanding People’s Perceptions, Opinions and Reactions to Tobacco).
Hasil survei ini memperlihatkan bahwa 56% responden yang sedang dalam proses
berhenti merokok berpendapat bahwa berhenti merokok adalah hal tersulit yang
pernah mereka lakukan. Kebanyakan perokok percaya bahwa keberhasilan dalam
upaya berhenti merokok terutama terletak pada kuatnya keinginan dari diri si
perokok itu sendiri. Namun ternyata hasil survei membuktikan bahwa keinginan
kuat saja tidak cukup untuk berhenti merokok. Lebih dari setengah responden
pernah mencoba untuk berhenti merokok setidaknya tiga kali dan 80% di antara
mereka yang gagal tersebut hanya mengandalkan keinginan yang kuat saja.
Sulitnya berhenti merokok ini
tidak dapat dipisahkan dari sifat adiktif yang dimiliki nikotin. Berbagai studi
menunjukkan bahwa nikotin memiliki efek candu yang setara dengan obat-obatan
‘keras’ seperti heroin atau kokain. Pernyataan ini semakin diperkuat oleh hasil
survei STOP (Smoking: The Opinion of Physicians) yang juga dilakukan oleh Pfizer Inc., dimana hampir semua dokter
sepakat bahwa merokok merupakan sebuah perilaku adiktif dan 81% menganggap
kebiasaan ini sebagai masalah kesehatan kronis yang berulang. Di antara para
dokter tersebut, 71% berpendapat bahwa merokok harus diklasifikasikan sebagai
masalah kesehatan dan 64% percaya bahwa dengan diklasifikasikannya merokok
sebagai masalah kesehatan, maka perokok akan semakin terdorong untuk berhenti.
Sedikit berbeda halnya di
Indonesia, dimana dokter menganggap merokok merupakan kebiasaan buruk semata.
Mereka belum menganggap rokok sebagai masalah kesehatan yang ‘urgent’ dan hanya memulai diskusi tentang rokok bila menghadapi kasus penyakit
yang terkait dengan rokok, misalnya bronkitis, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif
Kronis), alergi saluran nafas dan penyakit jantung.Tugas ini menjadi lebih
sulit karena pasien biasanya tidak mengakui bahkan menyangkal bahwa mereka
adalah perokok. Pasien pun cenderung untuk menolak ditanya lebih jauh oleh
dokter mengenai riwayat merokok pada awalnya.
Berdasarkan Varenicline Asian Consumer
Research pada populasi Asia, termasuk
Indonesia, yang didukung oleh Pfizer Inc. pada akhir tahun 2006 lalu, jumlah
perokok di Indonesia mencapai 68,8% dari total populasi
pria. Mayoritas telah merokok secara terus menerus setidaknya selama 11 tahun,
dan setiap harinya menghabiskan rata-rata 11 batang rokok atau lebih. Bahkan,
setengah dari responden menyatakan mereka biasa menghabiskan 11-20 batang rokok
per hari.
“Merokok
sudah dianggap hal biasa dan di Indonesia kita dapat dengan mudah menemukan
orang yang merokok di tempat publik. Padahal, saat seseorang menghirup asap
rokok, maka ribuan zat kimia berbahaya ikut pula masuk ke dalam saluran
pernapasannya. Zat kimia berbahaya tersebut terdiri dari kurang lebih 4000 zat
kimia, 60 diantaranya dapat menyebabkan penyakit paru dan jantung. Zat tersebut
antara lain nikotin yang bersifat adiktif, tar yang bersifat karsinogen dan
racun seperti karbon monoksida,” jelas Dr. Menaldi Rasmin, SpP(K) tentang
bahaya merokok.
Saat ditanya kepada para
responden di Indonesia tentang apa yang didapat dari merokok, lebih dari
setengah menjawab bahwa merokok memberikan rasa nikmat dan kebanyakan dari
mereka merokok untuk relaksasi, untuk menghabiskan waktu, dan membantu
mengurangi stres. Beberapa orang mengatakan bahwa merokok juga membantu
memperbaiki mood dan
ada anggapan bahwa pria merokok itu menarik di mata wanita.
Rata-rata satu dari tiga orang
perokok di Indonesia sangat ingin berhenti merokok. Dari seluruh responden yang
diwawancarai, 30% di antaranya pernah mencoba secara serius untuk berhenti
merokok setidaknya satu kali dalam periode satu tahun belakangan, dan sisanya
pernah mencoba berhenti setidaknya satu kali dalam periode 5 tahun belakangan.
”Karena
sulit untuk berhenti merokok, banyak orang yang memutuskan untuk hanya
mengurangi jumlah rokok yang mereka hisap dalam sehari. Namun, meski hanya
menghisap satu batang per hari pun, rokok tetap berdampak buruk bagi kesehatan,
termasuk meningkatnya risiko penyakit jantung,” lanjut Dr. Menaldy Rasmin,
SpP(K). “Ada juga yang memilih untuk menghisap rokok rendah tar dan rendah
nikotin. Namun mereka akhirnya menghisap rokok dalam jumlah lebih banyak,
menghirup lebih dalam dan lebih sering, untuk mendapatkan dosis nikotin yang
sama banyaknya dengan rokok biasa.” Sebenarnya tidak ada studi yang menunjukkan
bahwa risiko kanker paru menjadi lebih rendah ketika menghisap rokok ‘putih’
atau rokok rendah tar.
Keuntungan berhenti merokok
Tidak banyak
yang tahu bahwa ketika seseorang berhenti merokok, terjadi berbagai perubahan
pada tubuh. Jika ditilik secara jangka pendek, bahkan hanya dalam waktu 20
menit setelah rokok yang terakhir, terjadi penurunan tekanan darah dan detak
jantung. 8 jam berikutnya akan terjadi penurunan kadar karbonmonoksida pada
darah dan peningkatan kadar oksigen menjadi normal. Lebih baik lagi, 24 jam
setelah rokok terakhir akan terjadi penurunan risiko serangan jantung.
Sementara
itu, secara jangka panjang, perbaikan-perbaikan yang terlihat setelah berhenti
merokok akan menjadi lebih nyata. Paling tidak selama 2 minggu – 3 bulan
setelah rokok terakhir, fungsi paru akan meningkat dan sirkulasi darah akan
membaik. Satu tahun setelahnya risiko penyakit jantung koroner berkurang 50%
dibanding perokok. Bahkan risiko stroke akan sama dengan orang yang tidak pernah merokok lima tahun setelahnya.
Dan mereka yang berhasil berhenti merokok hingga 15 tahun lamanya patut
berbangga hati karena risiko penyakit jantung menjadi sama dengan orang yg
belum pernah merokok sebelumnya.
Pilihan pengobatan terbaru
Hanya sedikit perokok yang
berkonsultasi ke dokter, karena merasa berhenti merokok murni menjadi tanggung
jawab pribadi. Padahal lingkungan dan dokter bisa sangat mempengaruhi dan
membantu keberhasilan dalam upaya berhenti merokok. Namun pada kenyataannya,
dokter seringkali mengalami hambatan dalam memberikan solusi tepat bagi perokok
yang ingin berhenti. Hal ini mungkin disebabkan karena tidak adanya pilihan
pengobatan yang efektif seperti pada pengobatan tekanan darah tinggi atau
hiperkolesterolemia.
“Pengobatan berhenti merokok
yang saat ini tersedia umumnya berbentuk terapi pengganti nikotin dalam bentuk
permen, plester, dan semprot hidung. Prinsip kerjanya adalah memberikan nikotin
dalam dosis kecil secara bertahap sehingga mengurangi gejala ketergantungan
yang sering dirasakan oleh orang yang sedang berusaha berhenti merokok (withdrawal
symptoms),” jelas Dr. Irawan Rustandi, Medical Director PT Pfizer Indonesia. ”Survei terhadap perokok di Indonesia menunjukkan
50% perokok menginginkan pengobatan baru yang lebih efektif sehingga menambah
peluang keberhasilan. Jawaban yang sama diberikan oleh dokter, di mana 81% di
antaranya menginginkan adanya obat yang lebih efektif bagi pasien yang ingin
berhenti merokok,” lanjutnya lagi.
Memang dibutuhkan lebih dari
sekedar motivasi yang kuat dari si perokok maupun lingkungan sekitarnya untuk
dapat melepaskan diri dari bahaya merokok. Untuk itu, PT. Pfizer Indonesia akan
segera menghadirkan sebuah solusi terbaru yang melalui beberapa penelitian
telah terbukti secara medis dapat membantu berhenti merokok. Berbeda dengan
obat-obat lain yang terlebih dahulu beredar, obat ini tidak mengandung nikotin.
Selain itu, obat yang hanya dapat diperoleh dengan resep dokter ini telah
mendapatkan persetujuan dari BPOM Indonesia pada kwartal pertama tahun 2007
ini. PT. Pfizer Indonesia akan secara resmi segera meluncurkan solusi untuk
mengatasi masalah merokok ini di Indonesia. Hadirnya solusi terbaru ini
diharapkan dapat membantu para dokter menangani pasiennya terbebas dari
kecanduan merokok.
--000--
INDIKATOR
Indikator dari
permasalahan ini adalah karena saya menyadari betapa pentingnya manfaat
berhenti merokok yaitu diantaranya :
-
Kesehatan yang
lebih baik
Kesehatan adalah asset yang paling berharga . Risiko-risiko kesehatan
akibat merokok sebenarnya disebabkan oleh bahan-bahan lain yang ditemukan dalam
rokok anda . Berikut ini dampak dan risiko penyakit akibat rokok :
1.
Kanker paru-paru,kanker mulut,kanker usus, kanker
ginjal, kanker mulut rahim,kanker darah, kanker pankreas, kanker tenggorokan
dan kanker kandung kemih.
2.
Penyakit jantung : serangan jantung dan stoke.
3.
Gangguan saluran pernafasan.
4.
Gangguan kehamilan dan persalinan.
5.
Luka lama sembuhnya,tulang pinggul retak, densitas
tulang yang rendah,dan katarak .
Tahukah Anda ?
Ketika anda stop merokok, risiko anda terkena penyakit-penyakit akibat merokok
bisa menurun drastis . Nikmatilah dan buktikan sendiri manfaat jika Anda stop merokok
sekarang juga .
PEMBAHASAN
Bagi perokok, merokok adalah bagian
dari rutinitas sehari-hari bahkan menjadi suatu kebiasaan . Banyak hal yang
dapat memicu seseorang untuk merokok . Salah satu penyebabnya adalah
ketergantungan nikotin .
Kata “ketergantungan” mungkin
terdengar mengerikan di telinga anda, tetapi secara tidak sadar rutinitas
merokok anda perlahan-lahan berubah menjadi ketergantungan terhadap nikotin . Ketergantungan
nikotin merupakan bentuk ketergantungan secara fisik dan psikologis terhadap
nikotin . Itulah penyebab mengapa anda sulit stop merokok.
Jika Anda pernah mencoba stop
merokok sebelumnya, Anda mungkin merasa cepat marah dan gelisah jika tidak
mempunyai sebatang rokok . Hal itu terjadi karena otak Anda telah terbiasa dengan
efek nikotin .
Semakin Anda tidak sering merokok,
maka semakin tinggi kadar nikotin yang Anda butuhkan untuk mendapat sensasi
perasaan tenang dan senang . Ketika dorongan untuk merokok sangat besar dan
rokok tidak dihisap,maka muncul gejala-gejala ketergantungan nikotin sebagai
berikut :
-
Pusing dan sakit kepala
-
Susah tidur / insomnia
-
Cepat lelah
-
Sulit konsentrasi
-
Gelisah dan mudah marah
-
Batuk-batuk dan nyeri tenggorokan
-
Sakit perut, kembung dan susah buang air besar
-
Detak jantung melemah .
PENUTUP
KESIMPULAN
Stop merokok merupakan sebuah
momentum yang harus dirayakan . Sebuah pencapaian besar dalam hidup anda .
Tepat ketika anda mulai stop merokok, nikmatilah beberapa peningkatan dalam
hidup anda seperti :
·
Anda dapat kembali merasakan enaknya makanan-makanan
di sekitar anda .
·
Anda merasa lebih bersemangat dan berenergi
untuk menjalani aktifitas anda .
·
Anda tidak tergantung lagi pada rokok.
·
Dan tentunya lebih berhemat .
Sekaranglah waktunya Anda untuk menikmati hidup sehat tanpa rokok bersama
keluarga tercinta .
SARAN
Anda
pasti bisa memulai stop merokok dan bertahan untuk tidak merokok ! Dapatkan
dukungan dan bantuan dari dokter dan orang-orang terdekat Anda . Segera temui
dokter dan konsultasi secara rutin untuk membantu Anda stop merokok . Sekarang
ada solusinya di dokter anda .